Wahana Guru Berbagi Informasi Pendidikan

June 14, 2019

Chilya Fuadina Sayrozi, Putri Almaghurlah KH. Agus Imam Saerozi

Sebelum mengenal lebih jauh siapa yang menjadi sosok penerus KH. Saerozi dengan nama lengkap KH. Agus Imam Saerozi sejak sepeninggal beliau yang merupakan salah satu ulama' nyentrik dan kharismatik di wilayah Kabupaten Lamongan yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Muta'alilimin Desa Moropelang, Kecamatan Babat. 

Namun sebelum kita bahas lebih jauh, mari kita kirimkan Surat Al-Fatihah sebagai pengingat atas jasa-jasa, tausiyah, dan ilmu-ilmu yang telah beliau syiarkan kepada kita semua, semoga beliau mendapat predikat “fiddunya hasanatan wafil akhirati hasanatan waqina ‘azabannar” dan ditempatkan bersama ulama'-ulama di tempat terindah di surga. Aamiin-Aamiin-Aamiin Yaa Rabbal Alamiin. Al-Fatihah.

Sosok KH. Agus Imam Saerozi 

Nampak kesabaran dan keikhlasan terlihat jelas dalam diri KH. Agus Imam Saerozi (tutur Neng Chilya Fuadina Sayrozi), sopannya, santunnya, kemasyarakatannya, tausiyah-tausiyahnya dan masih banyak yang tidak bisa diuangkapan ada dalam diri beliau. 

Yai Saerozi. Sapaan akrab beliau di kalangan santri, guru dan masyarakat sekitar, dalam kondisi apa, bersama siapa dan bagaimana, beliau mampu menempatkan diri manakala sebagai mubaligh, muallim, murabbi, mudarris, muaddib, dan mursyid. “Hablum minallah dan hablum minannas” menjadi gambaran yang jelas sebagaimana yang dituturkan oleh handai taulan dan orang-orang yang kenal dengan beliau apalagi penuturan masyarakat di sekitar wilayah moropelang.

Tahu Sebelum Terjadi

Entah karomah atau apa yang dimiliki dalam diri beliau (Yai Saerozi) “weruh sak durunge winarah” kata orang jawa yang artinya “tahu sebelum terjadi” sebagaimana penuturan Neng Chilya yang berhasil disimpulkan oleh Admin guruliterasi.com.

Entah bagaimana, dalam penuturan Neng Chilya berkata : “Sebelum Abah kapundhuut, Abah sudah membentuk dan menyiapkan tim 9 (sembilan) yang amanah, yang merupakan santri dan alumni dari Pondok Pesantren Roudlotul Muta'alilimin yang sudah berkeluarga”.

Tim 9 (sembilan) yang dibentuk dan disiapkan oleh almarhum manakala masih hidup bertujuan untuk mengurus pondok membantu Kyai ketika ditinggal “ngaos” diluar dan membantu mengurus santri. Neng Chilya juga menuturkan “Jika suatu saat Abah kapundhut dan anak-anaknya belum ada yang siap, maka untuk sementara waktu, Pondok Pesantren Roudlotul Muta'alilimin di kelola oleh tim 9 sambil menunggu generasi penerus yang siap memangku”.

Sontak saja, ini yang membuat Admin guruliterasi.com merasa kaget, terenyuh dan tergetar hati merinding, mendengar atas apa yang diucapkan oleh Neng Chilya. Sampai sebegitu detailnya beliau mempersiapkan segala sesuatunya. Memang, ajal adalah ketentuan Allah SWT, namun Kyai Saerozi betul-betul sudah mempersiapkan segala sesuatu jauh sebelumnya.

KH Agus Imam Saerozi alm, meninggalkan satu istri dan tujuh orang anak dan anak pertama beliau seorang perempuan yang bernama Chilya Fuadina Sayrozi atau Neng Chilya. (sebutan Neng atas anak perempuan seorang Kyai).

Chilya Fuadina Sayrozi

Chilya Fuadina Sayrozi, Putri Almaghurlah KH. Agus Imam Saerozi
Sepeninggal Abahnya dan diantara kalangan masyarakat sekitar, Neng Chilya adalah sosok penerus mubalighot yang dianggap pas dan mampu dalam melanjutkan dakwah dan syiar Islam.

Melihat santri-santri yang ada di pondok berasal dari beberapa tempat, seperti: Surabaya, Sarang, Jatirogo dan daerah-daerah lain di wilayah Jawa Timur dan Lamongan sendiri, yang paling jauh berasal dari Jakarta dan Sumatra. Akan tetapi beliau berkata belum siap dan belum mampu mengampu pondok, karena santri-santri yang ada banyak sekali dari laki-laki, sehingga menunggu simah dulu. katanya. 

Meski masih muda, beliau ternyata sudah banyak mengisi pengajian di beberapa tempat di wilayah Kabupaten Lamongan., bahkan beliau juga pernah mengisi tausiyah di Surabaya, Jatirogo dan Sarang ketika membadali Abahnya yang tidak bisa hadir. Tutur kata, gaya logat, model ceramah yang beliau sampaikan sangat mirip sekali dengan abahnya. "Koyo bapak e yow" kata orang Lamongan.

Melihat dan mendengar ia ketika berceramah memberikan tausiyah, seperti melihat dan mendengar Kyai Saerozi. Kharismatik beliau ternyata temurun ada dalam diri Chilya Fuadina Sayrozi, tutur kata yang lembut, sopan, santun mencerminkan apa yang yang ada dalam diri abahnya.

Di wilayah Kabupaten Lamongan sendiri, baru kali ini Admin guruliterasi.com melihat sesosok da'i atau mubalighot perempuan dan pernyataan ini juga ditandaskan oleh beberapa orang di antara lapisan masyarakat sekitar ketika beliau mengisi pengajian atau tausiyah.

Chilya Fuadina Sayrozi Saerozi
Sebelum fokus ke Pondok Pesantren Roudlotul Muta'alilimin, beliau (Neng Chilya) ini mengenyam pendidikan dan menimba ilmu di Langitan Tuban Jawa Timur selama kurang lebih 9 tahun dan saat ini tujuan beliau adalah berkhidmah kepada almarhum untuk meneruskan pondok pesantren yang sudah dibangun oleh abahnya.

Tujuan pribadi beliau yang lain saat ini yaitu ingin tetap terus belajar dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan beliau juga ingin menjadi diri pribadi seperti Abahnya yang selalu tetap bersyukur.(*)

*) Diyan Shodik Nurhadi H, S.Pd Guru SD Negeri Bantengputih Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan, HP : 082234564000.

Share:
Location: Indonesia

2 comments:

  1. Sangat bermnfaat bg ssya yg suka sekali dg ceramh beliau

    ReplyDelete
  2. Baru tau aku😭😭😭😭alfatehah

    ReplyDelete

Terima kasih atas kunjungannya. Apakah tulisan di atas bermanfaat? Silahkan tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan. Komentar yang bersifat spam dan mengandung sara, mohon maaf akan kami hapus.

Contact Form

Name

Email *

Message *