Wahana Guru Berbagi Informasi Pendidikan

February 18, 2019

Gimbal Tempe Yang Sia-Sia

Kuawali kegiatan pagi di hari Senin pukul 06.30 WIB dengan mengantar anakku pergi kesekolah yang dituju, kegiatan yang terbilang wajib untuk diikuti yakni Upacara Bendera di sekolahnya. Meski sekarang duduk di kelas 5 namun dia adalah mata senyum awalku di panggil dengan sebutan Ayah. Berjarak 3,5 kilo meter jauhnya tempat sekolah dari rumah, baru kemudian aku melanjutkan perjalananku menuju sekolah tempatku mengajar yang terletak di pojok desa, sekitar 3 kilo jarak tempuh dari tempat sekolah anakku belajar.

Kulanjutkan perjalanan pagiku dengan mengendarai Sepeda Motor Mega Pro Tahun 2008 sambil mencium aroma warung di samping kanan-kiri jalan, aroma khas yang sering bermunculan, entah itu kopi yang sedang di goreng atau bahkan aroma gimbal tempe yang menghinggapi suasana di pagi itu. 2 kilo meter berselang, laju motor yang kukendarai, dalam benak hati terbersit “enak mungkin jika makan gimbal tempe yang masih hangat dengan teman-teman guru sebelum kegiatan upacara berlangsung”. Akhirnya ku putar balik arah menuju warung penjual tempe tersebut.

Kulihat, sebut saja “Mbok Tinah”, pemilik warung yang berada disebelah kanan perempatan jalan yang dengan tlatennya menggoreng gimbal tempe dengan bumbu-bumbu khasnya. Setiba disana ternyata ada gimbal tempe hangat yang sudah di goreng yang tersaji diatas nampan, lantas ku beli gimbal tersebut. Terbilang murah, karena yang kubeli hanya 10.000 dan mendapat 20 gimbal tempe dalam kresek dengan lombok dan petisnya dari Mbok Tinah.

Kresek hitam yang terisi gimbal tempe tersebut lantas kubawa menuju sekolah dasar tempat ku mengabdi di Desa Bantengputih Kecamatan Karanggeneng.

Kurang lebih 1 kilo meter sampai di tempat tujuan, sembari membalas salam siswa-siswiku pagi itu sambil mengayuh sepeda mini yang dinaiki. Sontak kaget! Mega Pro yang kunaiki oleng seketika! Tanpa kusadari terdapat lubang dalam ditengah jalan yang tak terhindarkan kulewati. Kaget dan oleng tersebut membuat lupa jika ada tas kresek hitam di setang sebelah kiri yang tanpa disadari jatuh di lubang yang terisi genangan air. 

Terlihat siswa-siswiku menoleh kearahku, melihat isi tas kresek yang kubawa berisi gimbal tempe, lombok dan petisnya. 

Lantas kuberkata kepada mereka, “udah nak, bapak tidak apa-apa, hanya gimbal tempe yang jatuh, silahkan lanjutan perjalanan”, dalam hati kecil lirih kuberkata “sia-sia sudah gimbal tempe yang kubawa”. *)

Share:

2 comments:

Terima kasih atas kunjungannya. Apakah tulisan di atas bermanfaat? Silahkan tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan. Komentar yang bersifat spam dan mengandung sara, mohon maaf akan kami hapus.

Contact Form

Name

Email *

Message *