Wahana Guru Berbagi Informasi Pendidikan

May 31, 2019

Cara Shalat Idul Fitri, Niat, dan Penjelasan yang Disunahkan

Penjelasan yang Disunahkan Sebelum Melakukan Cara Shalat Idul Fitri

Sebelum membahas pada pokok bahasan tentang Cara Shalat Idul Fitri, berikut beberapa Penjelasan tentang niat dan Penjelasan yang disunahkan sebelum sholat Idul Fitri.

Sebentar lagi umat muslim akan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Satu kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan dan selalu dilakukan saat Idul Fitri untuk mendapatkan keberkahan adalah sholat Idul Fitri itu sendiri. Hukum shalat id sendiri adalah sunnah muakkadah yang artinya sangat dianjurkan.

Bagi kaum perempuan yang sedang waktunya, dalam tanda kutip "menstruasi" memang dilarang untuk shalat (sholat) ketika menstruasi atau haid, sebagaimana yang disampaikan dalam hadist:
Dari Aisyah ra berkata, "Fatimah binti Abi Hubaisy mendapat darah istihadha, maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, "Darah haidh itu berwarna hitam dan dikenali. Bila yang yang keluar seperti itu, janganlah shalat. Bila sudah selesai, maka berwudhu’lah dan lakukan shalat." (HR Abu Daud dan An-Nasai, dishahihkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim).

Hadist lainnya menyatakan : Dari Fatimah binti Abi Khubaisy bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bila kamu mendapatkan haid maka tinggalkan shalat."

Tetapi bagi kaum perempuan dianjurkan untuk turut ambil bagian dalam keberkahan Hari Raya Idul Fitri dan merayakan kebaikan bersama kaum muslimin lainnya.

Sejak disyariatkan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tahun kedua hijriah, Rasulullah tidak meninggalkan Sholat Idul Fitri hingga beliau wafat, hingga kemudian dilanjutkan oleh para sahabat beliau.

Kapan waktu yang tepat untuk melaksanakan shalat Idul Fitri

Pelaksanaan waktu shalat Idul Fitri dimulai sejak matahari terbit hingga masuk waktu dhuhur. Sedikit agak berbeda dengan shalat Idul Adha yang lebih dianjurkan untuk mengawalkan waktu demi memberi kesempatan kepada jamaah yang hendak berkurban selepas rangkaian shalat Idul Adha. Sedangkan untuk Shalat Idul Fitri disunnahkan memperlambatnya. Hal demikian untuk memberi kesempatan mereka yang belum berzakat fitrah.

Shalat id baik itu Idul Fitri atau Idul Adha afdholnya atau yang lebih utama dilaksanakan secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya. Jika ada jamaah yang terlambat datang atau berhalangan, maka Shalat Id boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid)  daripada tidak shalat sama sekali.

Tempat Pelaksanaan Shalat Id yang Lebih Utama

Tempat pelaksanaan shalat Id lebih utama dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada udzhur seperti hujan. Sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Sa’id Al Khudri mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى

“Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.”

Inilah yang dipraktekkan oleh kaum muslimin di berbagai negeri. Adapun penduduk Makkah sejak masa silam shalat Id dilakukan di Masjidil Haram.

Sunah Yang Dilakukan Sebelum Shalat Id

  1. Mandi.
  2. Berhias Diri atau Berdandan.
  3. Makan sebelum keluar menuju shalat Idul Fitri.
  4. Bertakbir.
Cara Shalat Idul Fitri, Niat, dan Penjelasan yang Disunahkan

Tata Cara Shalat Id dan Bacaan Niat

  1. Niat Shalat Id (Ied)
    Untuk Niat Shalat id baik itu Shalat Idul Fitri atau Idul Adha terlebih dahulu didahului dengan niat yang jika dilafalkan akan berbunyi sebagaimana berikut: “ushalli rak‘ataini sunnata li idil fitri" jika shalat Id tersebut dilaksanakan sendirian. Diubah imaman jika sebagai imam dan makmuman jika menjadi makmum.

    أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) لِلهِ تَعَــــالَى

    Arti tulisan diatas sebagai berikut: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (jika menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala”.
  2. Takbiratul ihram
    Takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, disunnahkan  takbir  lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama.

    Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:

    اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

    Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”

    Atau boleh juga membaca: سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”
  3. Membaca Surat Al-Fatihah
    Membaca Surat al-Fatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-Ghasyiyah. Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
  4. Rakaat Kedua Takbir Sebanyak 5 Kali
    Pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allahu akbar” seperti sebelumnya.
    Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.
  5. Mendengarkan Khutbah
    Setelah selesai melaksanakan Shalat, jamaah disarankan untuk jangan terburu-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah baik itu Idul Fitri atau Idul Adha terlebih dahulu hingga selesai khubah selesai. Kecuali bila shalat id tersebut dilaksanakan tidak secara berjamaah.
Wallahu A'lam. Wallahu a'lam

Share:

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih atas kunjungannya. Apakah tulisan di atas bermanfaat? Silahkan tinggalkan komentar dengan bahasa yang baik dan sopan. Komentar yang bersifat spam dan mengandung sara, mohon maaf akan kami hapus.

Contact Form

Name

Email *

Message *